Senin, 10 September 2018

Seni Bela Diri Apa Yang Paling Baik?

Sebagai seorang praktisioner seni bela diri saya sering kali mendapatkan pertanyaan "Seni Bela Diri Apa Yang Paling Baik?" atau ada juga yang mengatakan "Seni Bela Diri Apa Yang Paling Mematikan, Berbahaya?" dan masih banyak lagi. Entahlah apa yang dipikirkan, tetapi orang cendrung membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain. Banyak dari praktisioner seni bela diri terkadang menggangap bahwa style nya adalah yang paling berbahaya/mematikan. Lalu ada juga yang menyindir bela diri lain atau club lain dengan alasan yang sama atau dengan alasan teknik yang tidak efektif.


Ketika belajar seni bela diri (real martial arts) salah satu dasar dari ajarannya adalah rasa hormat. Entah itu menghormati lawan atau kawan dsb. Itulah mengapa sebelum sparring, petarung akan membungkuk/bow terlebih dahulu terhadap lawan. Atau mereka akan touch gloves terlebih dahulu sebelum bertanding dan diakhiri dengan sikap hormat juga setelah bertanding.


Intinya adalah jika kita hanya bertarung tanding membeda-bedakan, menunjukan siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih kuat tanpa ada rasa hormat kepada lawan kita maka kita akan kehilangan apa arti Seni Bela Diri itu sendiri. Praktisioner yang seperti itu hanyalah seorang street fighter/ petarung jalanan. Itulah yang menjadi hal utama dalam Seni Bela Diri. Jadi dapat disimpulkan Seni Bela Diri Apa Yang Baik? Jawabannya tidak ada. Semua seni bela diri asli yang mengajarkan tabiat yang benar, sikap yang benar dalam kehidupan dan dalam pertarungan adalah baik. 

Jadi apakah hanya berhenti disitu? Semua seni bela diri baik? Tidak berhenti disitu. Jika ada yang bertanya kepada saya pertanyaan yang sama seperti itu maka saya akan menjawab seperti yang diatas tetapi saya juga mengoreksi pertanyaan si penanya. Saya mengatakan "siapa yang akan berlatih?" dan juga "untuk siapa seni bela diri ini ditunjukan?"Jika saya tidak dapat mengenal anda bagaimana saya dapat merekomendasikan yang baik kepada anda? Apakah orangnya besar atau kecil? Tua atau Muda? Cendrung Kuat atau Lemah?


Setelah saya mengetahui siapa yang akan berlatih atau background si penanya saya akan bertanya pertanyaan kedua. Apa tujuanmu mengikuti Seni Bela Diri? Apakah hanya untuk perlindungan diri dan membela diri atau juga untuk mengendalikan emosi? Apakah hanya untuk olahraga biasa atau untuk kompetisi? Apakah untuk kompetisi olimpiade atau kompetisi MMA? Apakah hanya untuk kebugaran atau untuk membentuk tubuh? Mungkin setelah saya bertanya seperti itu si penanya akan berkata "wow banyak sekali pertanyaannya! Yang saya mau hanya ikut seni bela diri!"

Itulah permasalahannya yang pertama. Banyak orang ingin ikut seni bela diri hanya mungkin karena dia menganggap itu keren atau ekstrim. Itu bukanlah hal yang salah tetapi akan membuang waktu, uang, tenaga jika anda ikut seni bela diri dan berhenti di tengah jalan. Tetapi jangan takut untuk salah dalam memilih seni bela diri. Karena seperti yang sudah ditanyakan sebelumnya, tujuanmu apa? Jika seni bela diri itu tidak sesuai dengan tujuanmu tidak perlu dipaksakan. Yang penting anda memiliki komitmen untuk berlatih.


Permasalahan kedua adalah setiap bela diri memiliki karakteristik masing-masing. Ada seni bela diri yang bersifat kekeluargaan dan ada juga yang bersifat semi-militer. Jika anda merasa nyaman disana maka tidak ada salahnya bagi anda untuk bergabung. Jika tidak maka tidak usah dipaksakan.

Permasalahan ketiga adalah bully. Jangan dengarkan bully atau orang lain mempengaruhi kemana anda akan melangkah. Percayailah kata hati anda dalam memilih seni bela diri. Seperti yang sudah saya bilang, banyak praktisioner yang akan menyindir bela diri yang satu dengan yang lain. Jangan dengarkan dan jangan terpancing. Kita semua adalah sesama praktisioner dalam seni bela diri seharusnya mengamalkan sikap saling hormat tersebut! Jika tidak apa bedanya kita dengan gerombolan preman? Benar?


Semoga ini dapat mengubah mindset kita para praktisioner seni bela diri dan juga mindset orang-orang yang akan memilih seni bela diri. God Bless Martial Arts...

Selasa, 04 September 2018

Karate-Do Atau Karate-Jutsu? Mana Yang Efektif?

Selain memiliki banyak aliran, karate juga memiliki beberapa penerapan yang berbeda di setiap aliran dan juga sub-aliran. Karate juga membuat perbedaan besar dari pandangan, ideologi dan materi yaitu Karate-Do dan juga ada Karate-Jutsu. Mungkin di Indonesia Karate-Jutsu sangat jarang dijumpai sejak modernisasi Karate. Sebenarnya apakah perbedaan antara Do dan Jutsu? Dan mana yang lebih efektif?




Arti kata 'Jutsu' adalah 'Ilmu' atau 'Metode'. Dalam seni bela diri, istilah 'Jutsu' digunakan mengacu pada teknik dan strategi yang digunakan dalam pertempuran sungguhan. Kata 'Do' berarti 'Jalan' atau 'cara'. Dalam istilah seni bela diri, sufiks 'Do' digunakan untuk menyimpulkan bahwa fokus pelatihan sebagian besar pada pengembangan karakter praktisi. Oleh karena itu, 'Karate-Jutsu' dapat dianggap sebagai penerapan karate dalam situasi nyata, dan 'Karate-Do' akan menjadi praktik karate untuk mengembangkan karakter para pesertanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa karate-jutsu adalah aplikasi dari gerakan, jurus karate yang dipraktikan di kehidupan sehari-hari contohnya dalam streetfight dsb, dan karate-do adalah untuk mengembangkan pola pikir , mental dari karateka. Lantas karate-jutsu adalah pandangan yang lebih efektif dibandingkan karate-do?


Ya, kira-kira begitulah pandangan para karateka dan praktisioner pada zaman sekarang. 'Karate-Do' telah dikaitkan dengan karate yang tidak efektif yang membuat sedikit atau tidak ada upaya untuk memanfaatkan metode yang sangat efektif yang tercatat dalam kata karate. Faktanya, para praktisi Karate-Do sekarang sering diremehkan sebagai individu yang diperdayai atau dibodoh-bodohi yang mempraktikkan seni anak-anak yang tidak efektif dan hanya untuk membuang-buang waktu saja. Di sisi lain dari argumen, mereka yang menandai diri mereka sebagai praktisi Karate-Jutsu sering dipandang sebagai psikotik berbahaya yang suka kekerasan karena mereka menggangap bahwa didalamnya terdapat jurus-jurus rahasia yang mematikan bagi lawan. Sikap/cara pandang karateka dan praktisioner yang seperti inilah yang dapat merusak tradisi, akar, jati diri yang sesungguhnya dari karate. Karate-Do dan Karate-Jutsu saling memiliki koneksi/berkaitan satu dengan yang lain. Tidak ada Jutsu tanpa Do dan begitu pula sebaliknya.


Berlatih hanya aspek-aspek agresif dari karate (jutsu) berarti bahwa kita hanya peduli dengan pengembangan pejuang yang efektif dan bahwa kita tidak begitu peduli dengan karakter dari mereka yang kita latih. Apakah tidak apa-apa mengajarkan keterampilan bertempur kepada individu dengan sifat kekerasan? Apakah akan baik-baik saja untuk menumbuhkan sikap-sikap kasar itu jika itu berarti individu itu bisa menjadi pejuang yang lebih efektif? Bagaimana jika orang itu menggunakan keterampilan mereka pada yang lemah, orang tua, atau pasangan mereka? Apakah itu baik-baik saja, karena mereka berlatih 'jutsu' dan karenanya hanya peduli dengan kemenangan perkelahian, siapa pun yang mereka lawan? Jika satu-satunya kekhawatiran dari 'Jutsu' adalah untuk memenangkan pertarungan, maka pasti menggunakan karate untuk tindakan kriminal adalah hal yang biasa saja, asalkan kamu menang? Jika seseorang hanya belajar itu dari karate maka sepantasnya ia tidak memiliki moral kepada lawan, orang-orang disekitar kita. Kita dapat melihat contoh dari Lyoto Machida yang adalah seorang petarung di UFC dan merupakan Karateka aliran Shotokan. Ketika dia berhasil menang dari Vitor Belfort saat pertandingan terakhir Vitor atau pertandingan pensiunannya dengan Lyoto mendaratkan Mae Geri Chodan atau head front kick, ia membungkuk dan menghentikan serangannya begitu melihat Vitor tumbang. Dia tidak dipenuhi oleh amarah dan nafsu membunuh lawan. Begitulah sepatutnya seorang fighter juga karateka berlaku dalam menghadapi lawan.


Jika begitu Do adalah pandangan yang benar dalam karate? Tentunya Anda tidak lagi peduli dengan seberapa efektif seorang petarung Anda. Satu-satunya perhatian Anda adalah memperbaiki diri Anda sebagai individu. Bagaimana ini bisa tercapai dengan tepat? Dengan praktek kata berulang? Dengan memasuki turnamen? Dengan melewati gradasi Anda? Saya yakin kita semua tahu banyak orang yang telah melakukan semua hal di atas, tetapi masih tidak baik dan manusia yang baik hati. Untuk benar-benar menjadi diri sendiri yang lebih baik, saya percaya bahwa Anda perlu sepenuhnya menyadari semua kelemahan Anda, dan kemudian bekerja untuk membasmi mereka. Saya tetap tidak yakin bahwa berbelok ke klub, dojo dua kali seminggu, belajar beberapa gerakan fisik, berkeringat dan kemudian pulang, akan tetap membawa kelemahan anda dan tidak menjadi praktisioner yang lebih baik.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya 'do' dan 'jutsu' adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dan juga saling memiliki koneksi. Seperti yin dan yang atau juga seperti hitam dan putih. Kita tidak dapat mengenal keburukan tanpa belum mengenal kebaikan.

Pelatihan realistis (Jutsu) akan memaksa semua kelemahan Anda ke permukaan. Sensei yang baik akan membantu Anda mengatasi kelemahan itu, sehingga Anda tidak hanya menjadi petarung yang lebih baik, tetapi juga manusia yang lebih baik (Do). 'Jutsu' adalah fondasi tempat 'Do' dibangun! Untuk sekadar memikirkan diri sendiri dengan berkelahi, dan tidak ada yang lain, akan mencegah Anda maju ke tingkat pelatihan yang lebih tinggi. Mengabaikan 'jutsu' dan berusaha maju ke 'Do' adalah usaha yang sia-sia karena Anda tidak memiliki landasan untuk membangun. Bagaimana Anda bisa maju melampaui aspek-aspek pelatihan yang agresif ketika Anda tidak pernah menghadapi mereka? Adalah keyakinan saya bahwa karate sejati adalah mempelajari 'Jutsu' sampai tingkat tertentu yang kemudian berkembang menjadi 'Do'.


Tetapi tidak semua dojo dan klub yang mengajarkan jutsu dan do sekaligus. Atau juga anda hanya mencari keterampilan bertarung? Ya, semua pilihan anda ingin menjadi seseorang yang menekuni karate-do, jutsu atau bahkan keduanya adalah di anda sendiri. Tidak ada sensei yang dapat memaksakan kemana anda akan berlatih karena akan menghambat karateka berkembang. Bagaimanapun juga karateka harus memiliki kebijaksanaan untuk menentukan dan juga berlaku mana yang baik dan benar.