Senin, 10 September 2018

Seni Bela Diri Apa Yang Paling Baik?

Sebagai seorang praktisioner seni bela diri saya sering kali mendapatkan pertanyaan "Seni Bela Diri Apa Yang Paling Baik?" atau ada juga yang mengatakan "Seni Bela Diri Apa Yang Paling Mematikan, Berbahaya?" dan masih banyak lagi. Entahlah apa yang dipikirkan, tetapi orang cendrung membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain. Banyak dari praktisioner seni bela diri terkadang menggangap bahwa style nya adalah yang paling berbahaya/mematikan. Lalu ada juga yang menyindir bela diri lain atau club lain dengan alasan yang sama atau dengan alasan teknik yang tidak efektif.


Ketika belajar seni bela diri (real martial arts) salah satu dasar dari ajarannya adalah rasa hormat. Entah itu menghormati lawan atau kawan dsb. Itulah mengapa sebelum sparring, petarung akan membungkuk/bow terlebih dahulu terhadap lawan. Atau mereka akan touch gloves terlebih dahulu sebelum bertanding dan diakhiri dengan sikap hormat juga setelah bertanding.


Intinya adalah jika kita hanya bertarung tanding membeda-bedakan, menunjukan siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih kuat tanpa ada rasa hormat kepada lawan kita maka kita akan kehilangan apa arti Seni Bela Diri itu sendiri. Praktisioner yang seperti itu hanyalah seorang street fighter/ petarung jalanan. Itulah yang menjadi hal utama dalam Seni Bela Diri. Jadi dapat disimpulkan Seni Bela Diri Apa Yang Baik? Jawabannya tidak ada. Semua seni bela diri asli yang mengajarkan tabiat yang benar, sikap yang benar dalam kehidupan dan dalam pertarungan adalah baik. 

Jadi apakah hanya berhenti disitu? Semua seni bela diri baik? Tidak berhenti disitu. Jika ada yang bertanya kepada saya pertanyaan yang sama seperti itu maka saya akan menjawab seperti yang diatas tetapi saya juga mengoreksi pertanyaan si penanya. Saya mengatakan "siapa yang akan berlatih?" dan juga "untuk siapa seni bela diri ini ditunjukan?"Jika saya tidak dapat mengenal anda bagaimana saya dapat merekomendasikan yang baik kepada anda? Apakah orangnya besar atau kecil? Tua atau Muda? Cendrung Kuat atau Lemah?


Setelah saya mengetahui siapa yang akan berlatih atau background si penanya saya akan bertanya pertanyaan kedua. Apa tujuanmu mengikuti Seni Bela Diri? Apakah hanya untuk perlindungan diri dan membela diri atau juga untuk mengendalikan emosi? Apakah hanya untuk olahraga biasa atau untuk kompetisi? Apakah untuk kompetisi olimpiade atau kompetisi MMA? Apakah hanya untuk kebugaran atau untuk membentuk tubuh? Mungkin setelah saya bertanya seperti itu si penanya akan berkata "wow banyak sekali pertanyaannya! Yang saya mau hanya ikut seni bela diri!"

Itulah permasalahannya yang pertama. Banyak orang ingin ikut seni bela diri hanya mungkin karena dia menganggap itu keren atau ekstrim. Itu bukanlah hal yang salah tetapi akan membuang waktu, uang, tenaga jika anda ikut seni bela diri dan berhenti di tengah jalan. Tetapi jangan takut untuk salah dalam memilih seni bela diri. Karena seperti yang sudah ditanyakan sebelumnya, tujuanmu apa? Jika seni bela diri itu tidak sesuai dengan tujuanmu tidak perlu dipaksakan. Yang penting anda memiliki komitmen untuk berlatih.


Permasalahan kedua adalah setiap bela diri memiliki karakteristik masing-masing. Ada seni bela diri yang bersifat kekeluargaan dan ada juga yang bersifat semi-militer. Jika anda merasa nyaman disana maka tidak ada salahnya bagi anda untuk bergabung. Jika tidak maka tidak usah dipaksakan.

Permasalahan ketiga adalah bully. Jangan dengarkan bully atau orang lain mempengaruhi kemana anda akan melangkah. Percayailah kata hati anda dalam memilih seni bela diri. Seperti yang sudah saya bilang, banyak praktisioner yang akan menyindir bela diri yang satu dengan yang lain. Jangan dengarkan dan jangan terpancing. Kita semua adalah sesama praktisioner dalam seni bela diri seharusnya mengamalkan sikap saling hormat tersebut! Jika tidak apa bedanya kita dengan gerombolan preman? Benar?


Semoga ini dapat mengubah mindset kita para praktisioner seni bela diri dan juga mindset orang-orang yang akan memilih seni bela diri. God Bless Martial Arts...

Selasa, 04 September 2018

Karate-Do Atau Karate-Jutsu? Mana Yang Efektif?

Selain memiliki banyak aliran, karate juga memiliki beberapa penerapan yang berbeda di setiap aliran dan juga sub-aliran. Karate juga membuat perbedaan besar dari pandangan, ideologi dan materi yaitu Karate-Do dan juga ada Karate-Jutsu. Mungkin di Indonesia Karate-Jutsu sangat jarang dijumpai sejak modernisasi Karate. Sebenarnya apakah perbedaan antara Do dan Jutsu? Dan mana yang lebih efektif?




Arti kata 'Jutsu' adalah 'Ilmu' atau 'Metode'. Dalam seni bela diri, istilah 'Jutsu' digunakan mengacu pada teknik dan strategi yang digunakan dalam pertempuran sungguhan. Kata 'Do' berarti 'Jalan' atau 'cara'. Dalam istilah seni bela diri, sufiks 'Do' digunakan untuk menyimpulkan bahwa fokus pelatihan sebagian besar pada pengembangan karakter praktisi. Oleh karena itu, 'Karate-Jutsu' dapat dianggap sebagai penerapan karate dalam situasi nyata, dan 'Karate-Do' akan menjadi praktik karate untuk mengembangkan karakter para pesertanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa karate-jutsu adalah aplikasi dari gerakan, jurus karate yang dipraktikan di kehidupan sehari-hari contohnya dalam streetfight dsb, dan karate-do adalah untuk mengembangkan pola pikir , mental dari karateka. Lantas karate-jutsu adalah pandangan yang lebih efektif dibandingkan karate-do?


Ya, kira-kira begitulah pandangan para karateka dan praktisioner pada zaman sekarang. 'Karate-Do' telah dikaitkan dengan karate yang tidak efektif yang membuat sedikit atau tidak ada upaya untuk memanfaatkan metode yang sangat efektif yang tercatat dalam kata karate. Faktanya, para praktisi Karate-Do sekarang sering diremehkan sebagai individu yang diperdayai atau dibodoh-bodohi yang mempraktikkan seni anak-anak yang tidak efektif dan hanya untuk membuang-buang waktu saja. Di sisi lain dari argumen, mereka yang menandai diri mereka sebagai praktisi Karate-Jutsu sering dipandang sebagai psikotik berbahaya yang suka kekerasan karena mereka menggangap bahwa didalamnya terdapat jurus-jurus rahasia yang mematikan bagi lawan. Sikap/cara pandang karateka dan praktisioner yang seperti inilah yang dapat merusak tradisi, akar, jati diri yang sesungguhnya dari karate. Karate-Do dan Karate-Jutsu saling memiliki koneksi/berkaitan satu dengan yang lain. Tidak ada Jutsu tanpa Do dan begitu pula sebaliknya.


Berlatih hanya aspek-aspek agresif dari karate (jutsu) berarti bahwa kita hanya peduli dengan pengembangan pejuang yang efektif dan bahwa kita tidak begitu peduli dengan karakter dari mereka yang kita latih. Apakah tidak apa-apa mengajarkan keterampilan bertempur kepada individu dengan sifat kekerasan? Apakah akan baik-baik saja untuk menumbuhkan sikap-sikap kasar itu jika itu berarti individu itu bisa menjadi pejuang yang lebih efektif? Bagaimana jika orang itu menggunakan keterampilan mereka pada yang lemah, orang tua, atau pasangan mereka? Apakah itu baik-baik saja, karena mereka berlatih 'jutsu' dan karenanya hanya peduli dengan kemenangan perkelahian, siapa pun yang mereka lawan? Jika satu-satunya kekhawatiran dari 'Jutsu' adalah untuk memenangkan pertarungan, maka pasti menggunakan karate untuk tindakan kriminal adalah hal yang biasa saja, asalkan kamu menang? Jika seseorang hanya belajar itu dari karate maka sepantasnya ia tidak memiliki moral kepada lawan, orang-orang disekitar kita. Kita dapat melihat contoh dari Lyoto Machida yang adalah seorang petarung di UFC dan merupakan Karateka aliran Shotokan. Ketika dia berhasil menang dari Vitor Belfort saat pertandingan terakhir Vitor atau pertandingan pensiunannya dengan Lyoto mendaratkan Mae Geri Chodan atau head front kick, ia membungkuk dan menghentikan serangannya begitu melihat Vitor tumbang. Dia tidak dipenuhi oleh amarah dan nafsu membunuh lawan. Begitulah sepatutnya seorang fighter juga karateka berlaku dalam menghadapi lawan.


Jika begitu Do adalah pandangan yang benar dalam karate? Tentunya Anda tidak lagi peduli dengan seberapa efektif seorang petarung Anda. Satu-satunya perhatian Anda adalah memperbaiki diri Anda sebagai individu. Bagaimana ini bisa tercapai dengan tepat? Dengan praktek kata berulang? Dengan memasuki turnamen? Dengan melewati gradasi Anda? Saya yakin kita semua tahu banyak orang yang telah melakukan semua hal di atas, tetapi masih tidak baik dan manusia yang baik hati. Untuk benar-benar menjadi diri sendiri yang lebih baik, saya percaya bahwa Anda perlu sepenuhnya menyadari semua kelemahan Anda, dan kemudian bekerja untuk membasmi mereka. Saya tetap tidak yakin bahwa berbelok ke klub, dojo dua kali seminggu, belajar beberapa gerakan fisik, berkeringat dan kemudian pulang, akan tetap membawa kelemahan anda dan tidak menjadi praktisioner yang lebih baik.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya 'do' dan 'jutsu' adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dan juga saling memiliki koneksi. Seperti yin dan yang atau juga seperti hitam dan putih. Kita tidak dapat mengenal keburukan tanpa belum mengenal kebaikan.

Pelatihan realistis (Jutsu) akan memaksa semua kelemahan Anda ke permukaan. Sensei yang baik akan membantu Anda mengatasi kelemahan itu, sehingga Anda tidak hanya menjadi petarung yang lebih baik, tetapi juga manusia yang lebih baik (Do). 'Jutsu' adalah fondasi tempat 'Do' dibangun! Untuk sekadar memikirkan diri sendiri dengan berkelahi, dan tidak ada yang lain, akan mencegah Anda maju ke tingkat pelatihan yang lebih tinggi. Mengabaikan 'jutsu' dan berusaha maju ke 'Do' adalah usaha yang sia-sia karena Anda tidak memiliki landasan untuk membangun. Bagaimana Anda bisa maju melampaui aspek-aspek pelatihan yang agresif ketika Anda tidak pernah menghadapi mereka? Adalah keyakinan saya bahwa karate sejati adalah mempelajari 'Jutsu' sampai tingkat tertentu yang kemudian berkembang menjadi 'Do'.


Tetapi tidak semua dojo dan klub yang mengajarkan jutsu dan do sekaligus. Atau juga anda hanya mencari keterampilan bertarung? Ya, semua pilihan anda ingin menjadi seseorang yang menekuni karate-do, jutsu atau bahkan keduanya adalah di anda sendiri. Tidak ada sensei yang dapat memaksakan kemana anda akan berlatih karena akan menghambat karateka berkembang. Bagaimanapun juga karateka harus memiliki kebijaksanaan untuk menentukan dan juga berlaku mana yang baik dan benar.

Selasa, 21 Agustus 2018

Seni Bela Diri Hibrida Jepang: "KUDO".

Kudo mungkin terdengar asing di Indonesia, tetapi seni bela diri ini (base dari karate) adalah sistem bela diri yang sangat unik dan extreme. Kudo adalah seni bela diri hibrida dari Jepang. Kenapa dikatakan hibrida? Kudo dikatakan hibrida karena bela diri ini mengambil beberapa unsur dari bela diri yang berbeda kemudian disusun menjadi satu bela diri atau beberapa orang menyebut sebagai aliran baru.


Kudo adalah olahraga bela diri campuran full-contact dengan head guard dan gloves, teknik lempar dan bergulat juga diperbolehkan dalam kompetisi, termasuk menahan, mengunci. Ini bisa disebut seni bela diri campuran dengan perlengkapan pelindung untuk kepala.

Tujuan Kudo adalah untuk sedekat mungkin dengan pertarungan yang realistis dan nyata, dengan pakaian pelindung yang tepat. Untuk mencapai hal ini, sparring tempur Kudo sangat sedikit peraturan, dan memiliki teknik dan tindakan khusus. Teknik-teknik Kudo mencakup seluruh spektrum perjuangan-perjuangan nyata yang berdiri, teknik lempar, bergulat, dan pertempuran darat.

Pelatihan Kudo terutama terdiri dari kihon, pelatihan kebugaran umum, dan pertempuran. Kata Kyokushin dihilangkan tanpa pengganti.

Kudo adalah seni bela diri dan filsafat yang komprehensif, di mana perkembangan fisik dan mental juga dipertimbangkan. Tradisional Jepang etiket Budo (seperti Reigi) diikuti, ada ritual ucapan Jepang tertentu, keikogi pelatihan tradisional yang dipakai, nama-nama teknik dalam bahasa Jepang, dll.


Kudo didirikan oleh Takashi Azuma yang juga adalah Presiden dari KIF (Kudo International Federation). Takashi Azuma adalah seorang karateka kyokushin yang saat ini memegang Dan 8. Juga dia adalah Judoka Dan 3, lalu Kudo Dan 9. Azuma melakukan kontak dengan budo untuk pertama kalinya ketika dia memasuki klub judo sekolahnya di Kesennuma pada usia 16 tahun 1965. Pada tahun 1972 setelah layanannya di angkatan bersenjata Jepang, ia bergabung dengan Kyokushin Karate. Pada tahun yang sama ia mendirikan Kyokushin dan di Waseda University.

Pada tahun 1981, Azuma mendirikan seni bela diri sendiri karena dia tidak puas dengan beberapa karakteristik Kyokushin. Azuma merasa terganggu bahwa di Kyokushin, cedera kepala yang serius adalah hal biasa. Azuma juga berpendapat bahwa secara fisik pejuang yang lebih kecil berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan pejuang yang lebih besar.

Pengembangan seni bela diri Azuma sendiri adalah pertama hibrida dari Kyokushin Karate dan Judo. Kyokushin adalah dasar, bagaimanapun, peraturan berubah secara dramatis. Pakaian pelindung diperkenalkan, yang memungkinkan teknik tangan ke kepala, dan memberikan perlindungan yang cukup ke kepala selama teknik menendang. Teknik yang dipilih untuk bertarung dan pertempuran darat telah ditambahkan dari judo. Belakangan, lebih banyak seni bela diri dan olahraga tempur dianalisis dan ditambahkan pada unsur-unsur tertentu dari seni bela diri mereka, terutama teknik Muay Thai dan jiu-jitsu.


Mengenal Full-Contact Karate: KYOKUSHIN

Karate adalah bela diri yang memiliki banyak aliran dan juga sub-aliran. Meskipun hanya beberapa aliran yang terkenal seperti Shotokan, Goju-Ryu, tetapi Karate masih memiliki ratusan aliran yang tidak kalah unik dan tentu saja mematikan. Salah satunya aliran yang juga tidak kalah populer dari Shotokan dll adalah Kyokushin.



Kyokushin adalah aliran Karate yang didirikan oleh Masutatsu Oyama (大山倍達 Ōyama Masutatsu). Aliran ini menekankan latihan fisik dan full-contact kumite, sparring tanpa pelindung dan biasanya tanpa Glove, hanya tinju telanjang. Kyokushin memiliki arti kebenaran tertinggi, yang diyakini oleh Mas Oyama sebagaimana karate itu seharusnya diajarkan dan dipelajari. Kurikulum Kyokushin menekankan pada pertarungan realistik dan kekuatan fisik. Tentu saja sangat berbeda dibandingkan dengan karate modern, dimana kumite biasanya hanya untuk mencari poin tertinggi dan bukan seberapa efektif untuk merubuhkan lawan.


Sejarah Singkat




Masutatsu Oyama, pendiri aliran Kyokushin, lahir sebagai seorang Korea yang bernama Choi Hyung Yee. Sewaktu kecil di Korea, dia mempelajari seni bela diri Korea yang bernama ChabeeChabee mendapat pengaruh dari seni bela diri Tiongkok "Seni 18 Telapak Tangan" yang dikembangkan lebih lanjut oleh orang Korea menjadi Chabee. Sejak kecil, Choi Hyung Yee bukanlah seorang anak yang diam saja dan bersabar kalau diganggu. Ia sering terlibat dalam perkelahian, apalagi bila ia atau teman-temannya diganggu. Kepribadian yang agresif inilah yang ia wariskan ke Kyokushin menjadi sebuah aliran yang menekankan offense, dan pentingnya menjatuhkan lawan secepat mungkin.


Kemudian ia pindah ke Jepang menjadi mekanik pesawat tempur. Setelah perang usai, dia mempelajari karate Shotokan dari guru besar Gichin Funakoshi. Pada saat yang bersamaan, dia bertemu dengan sesama perantauan dari Korea bernama So Nei Chu. So Nei Chu mewarisi Goju-Ryu dari Gogen Yamaguchi, dan Mas Oyama mempelajari Goju-Ryu dari So Nei Chu.


Oyama menjadi orang kuat disana, dan ia seringkali terlibat dalam perkelahian dengan gangster dan preman-preman. Dia juga banyak mengikuti kejuaraan Karate dan menang. Sampai suatu saat di sebuah desa, ada seekor banteng yang akan dijagal. Ia meminta izin untuk menjatuhkan banteng tersebut dengan tangan kosongnya. Akan tetapi, dia gagal pada usaha pertamanya. Setelah dipukul, banteng tersebut marah dan mengobrak-abrik kerumunan orang-orang di sekitarnya. Mas Oyama tidak menyerah. Ia berhari-hari mempelajari banteng-banteng tersebut. Setelah itu, dia mencobanya lagi. Banteng tersebut jatuh dengan sekali pukul ke arah kepalanya. Berita tentang seorang karateka menjatuhan banteng dengan kepalan tangannya menyebar dengan cepat. Selain itu, dia juga mengadakan perjalanan keliling Asia Tenggara mengadakan demo dan menantang banyak aliran di dalam maupun luar Jepang. Hal ini menimbulkan banyak sensasi dan memopulerkan Karate di dunia internasional.




Dengan modal ketenaran inilah, Mas Oyama lalu mendirikan sebuah dojo karate di Tokyo. Karate di dojo ini menekankan pentingnya latihan full-contact kumite/sparring tanpa pelindung. Menurutnya, full contact kumite merupakan hal yang penting untuk mengasah semangat dan ketrampilan berkelahi. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan dengan tetua-tetua dari aliran karate lain yang berpendapat bahwa praktik aplikasi karate secara langsung itu berbahaya dan tidak perlu.


Puncak ketegangan ini muncul pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, petinju Muay Thai menyatakan bahwa Thai Boxing adalah seni bela diri yang terkuat, dan ia telah mengalahkan banyak wakil aliran bela diri, termasuk karate Jepang (Pada waktu itu, karate sedang populer di dunia internasional, dan petinju Muay Thai ini ingin memanfaatkan kesempatan untuk mencari nama). Petinju Muay Thai tersebut meminta wakil resmi dari Jepang untuk menjawab tantangannya. Sikap resmi dari aliran-aliran Karate di Jepang adalah untuk tidak melayani tantangan tersebut, karena tujuan dari Karate adalah untuk membina mental dan salah satu dari perwujudan penempaan mental tersebut adalah untuk menghindarkan dari perkelahian yang tidak perlu. Akan tetapi, Mas Oyama berpendapat bahwa "Karate memang bukan untuk mencari masalah. Tetapi apabila masalah itu datang dengan sendirinya, lari dari masalah adalah tindakan pengecut". Ia mengirim 3 murid terbaiknya ke Thailand untuk bertanding dengan aturan Muay Thai. Dua dari tiga muridnya tersebut menang dan mereka kembali ke Jepang dielu-elukan sebagai pahlawan yang mengangkat harga diri Jepang. Hal ini menambah ketegangan antara aliran Oyama ini dengan aliran-aliran Karate yang lain, sehingga banyak aliran lain yang menjuluki aliran Oyama sebagai "bukan Karate" dan "ilmunya para berandalan".

Mas Oyama tidak ambil pusing atas tanggapan tersebut. Ia secara resmi mendirikan Kyokushin yang berarti kebenaran tertinggi yang dia yakini sebagaimana Karate seharusnya diajarkan dan dipelajari. Ia mengadakan turnamen-turnamennya sendiri merespon dilarangnya Kyokushin mengikuti pertandingan-pertandingan Karate. Meski di-'anak-tiri'-kan, Kyokushin berkembang pesat di dalam maupun di luar Jepang, terutama karena beberapa generasi pertama Kyokushin banyak menantang berbagai aliran bela diri di Asia maupun di negara-negara Barat.



Dikarenakan Kumite dari Kyokushin yang bersifat full-contact, maka Kyokushin biasanya pada saat posisi bertarung, petarung akan berdiri dengan posisi seluruh badan mengarah ke depan bukan menyamping (orthodox). Kuda-kudanya atau posisi dari bertarung gaya Kyokushin lebih mirip dengan bela diri-bela diri Boxing. Alasan Kyokushin menerapkan cara seperti itu adalah karena dengan posisi badan itu tubuh menjadi lebih stabil dan lebih kuat dalam menerima sapuan dibanding dengan kuda-kuda menyamping/point style dan juga kuda-kuda orthodox dapat menghasilkan momentum yang lebih besar ketimbang dengan gaya point style karate.




Karate modern yang biasa digunakan untuk perlombaan dan olimpiade adalah kuda-kuda menyamping/point style. Kumite dalam karate modern adalah untuk mencari point dan bukan untuk menumbangkan lawan, sehingga tidak perlu gaya yang besar untuk menyerang lawan. Kemudian gaya point style adalah untuk mendapatkan kecepatan. Dalam kumite karate modern tentu kita harus mencari point, agar kita dapat meraih point kita harus cepat dan lincah sehingga lawan tidak ada waktu untuk merespon. Tentu banyak pro dan kontra dalam kuda-kuda ini, tetapi yang menjadi salah satu ciri khas karate kyokushin ketimbang aliran lain adalah full-contact kumite dan kuda-kuda orthodox nya.



(karate modern)

Kyokushin sangat digemari dalam dunia MMA, industri film, juga game. salah satu petarung MMA yang menggunakan Kyokushin Karate sebagai backgroundnya adalah Bas Rutten. Dia adalah juara Pancrase Jepang dan juga UFC Hall of Fame. Kyokushin juga sangat populer di berbagai film salah satu nya di film-film yang diperani oleh Michael Jai White, seorang aktor dengan disiplin karate kyokushin.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Mengenal Saudara Karate: "Kobudo".

Sejak modernisasi Karate pada awal 1900, Karate telah menyebar ke hampir setiap bagian dunia. Timur ke barat, utara ke selatan. Tetapi sebenarnya ada satu saudaranya yang tidak terlalu terkenal, tetapi masih berkaitan satu dengan yang lain, Kobudo.

Okinawan Kobudo/Kobudo adalah istilah Jepang yang dapat diterjemahkan sebagai "cara bela diri kuno Okinawa". Ini adalah istilah umum yang diciptakan pada abad ke-20. Okinawan kobudō mengacu pada sistem senjata seni bela diri Okinawa. Sistem ini dapat memiliki dari satu hingga sebanyak selusin senjata dalam kurikulum mereka, di antara rokushakubo (staff, yang dikenal sebagai "bō"), sai (belati berbentuk seperti trisula), tonfa, kama (sabit) ), dan nunchaku (ruyung), tekko (steelknuckle), tinbe-rochin (perisai dan tombak), dan surujin (rantai). Senjata Okinawa yang kurang umum termasuk tambo (tongkat pendek), hanbō (staf setengah panjang) dan eku (dayung dari desain Okinawa tradisional).


Konon dikatakan bahwa alat pertanian Okinawa berevolusi menjadi senjata karena ada pembatasan tempat pada petani oleh klan samurai Satsuma dan ia melarang mereka membawa senjata. Akibatnya, dikatakan, mereka tidak berdaya dan mengembangkan sistem bela diri dengan alat pertanian tradisional mereka.

Dulu Okinawa berada di bawah kekuasaan negara asing, dan mereka dilarang membawa senjata atau berlatih bersama di depan umum. Namun pertempuran berbasis senjata yang mereka latih secara diam-diam (dan jenis senjata yang mereka latih) memiliki akar Cina yang kuat, dan contoh senjata serupa telah ditemukan di Cina, Malaysia dan Indonesia sebelum penanggalan adaptasi Okinawa.

Seni Okinawan kobudo dianggap oleh beberapa orang sebagai pelopor seni bela diri tangan kosong dari karate, dan beberapa gaya seni itu termasuk beberapa tingkat pelatihan Okinawa kobudo sebagai bagian dari kurikulum mereka.


Hubungan antara tangan kosong (Karate) dan metode senjata (Okinawan Kobudo) dapat secara langsung terkait dalam sistem seperti yang diformulasikan untuk melestarikan kedua kesenian seperti Inoue / Taira Ryūkyū Kobujutsu Hozon Shinko Kai dan Motokatsu Inoue Yuishinkai Karate Jutsu. M. Inoue menarik perbandingan langsung antara penggunaan senjata tertentu dan berbagai elemen teknik tangan kosong seperti pencitraan sai haito / shuto waza, tonfa yang mencerminkan bahwa dari uraken dan hijiate, dan kama kurite dan kakete, sebagai contoh.


Untuk materi, Kobudo tidak jauh berbeda dari Karate. Yaitu ada 3 kompetensi yang dipenuhi yaitu Kihon, Kata, Kumite. Biasanya untuk Kihon, dan Kata, Kobudoka memakai senjata yang asli. Untuk Kumite biasanya Kobudoka memakai senjata tiruan yang berbahan busa atau semacamnya.

Jumat, 17 Agustus 2018

Perbedaan Antara Japanese Jiu Jitsu dan BJJ

BJJ adalah seni bela diri yang tengah populer dikalangan masyarakat dan juga diantara petarung-petarung MMA. Petarung seperti Brian Ortega, Cris Cyborg, dll, menggunakan BJJ sebagai background style fighting mereka. Tapi apa yang menjadi perbedaan antara BJJ dan jiu jitsu original dari Jepang?


Japanese Jiu-Jitsu adalah ibu dari semua seni bergulat. Ini sesederhana itu. Awalnya, itu dimulai sebagai sistem mematikan untuk menjaga samurai tetap hidup dalam pertempuran tak bersenjata. Hari ini, Japanese Jiu-Jitsu, di sebagian besar GYM, adalah bentuk tradisional dari latihan seni bela diri. Untuk bisa membedakan antara Japanese Jiu Jitsu dan BJJ, kita akan melihat dari sejarah nya terlebih dahulu

JAPANESE JIU JITSU


Asal-usul yang tepat dari JJJ  tidak cukup jelas. Spekulasi menunjuk pada para biarawan Buddha di India, sebagai yang pertama untuk mengembangkan seni berabad-abad yang lalu. Apa yang diketahui adalah itu digunakan sebagai alat bertahan hidup untuk prajurit Samurai Jepang dan Ninja. Idenya adalah bahwa dalam pertempuran yang tidak bersenjata, menyerang akan benar-benar tidak efektif karena baju besi prajurit. Dalam kasus seperti itu, metode penggulungan yang melibatkan lemparan dan kunci sendi terbukti menjadi metode tempur yang unggul.

JJJ sekarang telah jauh dari bentuk militer aslinya. Nilai-nilai tradisional seni telah bertahan sebagai pengetahuan seni yang diwariskan dari generasi ke generasi. Seiring berjalannya waktu, seni berkembang menjadi format yang lebih ramah olahraga, meskipun itu menjadi seni pilihan bagi personil militer dan penegak hukum hingga hari ini.


Perubahan besar dalam JJJ tradisonal adalah pengenalan Randori atau pertarungan bebas (free sparring). Butuh kreasi dari Judo oleh Dr. Jigoro Kano untuk memperkenalkan perubahan dalam seni ini. Dengan demikian, Judo kemudian memisahkan Jiu-Jitsu sebagai seni bela diri yang terpisah. Judo, meskipun, terutama mengkhususkan diri dalam departemen melempar, sementara Jiu-Jitsu tradisional masih merupakan seni bela diri yang sangat beragam dengan banyak elemen.


BJJ


Brazilian Jiu-Jitsu adalah keturunan generasi ketiga dari JJJ. Itu muncul berkat pengaruh Judo. Mitsuyo Maeda adalah orang yang bertanggung jawab untuk memperkenalkan Carlos Gracie Sr. ke seni Judo. Ini mendorong Brasil untuk fokus pada aspek dasar pertempuran, dengan demikian kembali ke akar JJJ dari Judo.

Hari ini, BJJ adalah seni bergengsi yang paling umum di dunia. Itu adalah dasar untuk permulaan dan kebangkitan MMA setelah Royce Gracie mengalahkan semua orang. Sejak itu, bahkan BJJ sendiri telah berevolusi secara substansial dari versi asli yang dibuat oleh Gracies. Jadi, Anda bahkan dapat mengatakan bahwa MMA adalah hasil dari JJJ juga, berkat pengaruh Judo dan BJJ.

Judo, yang lebih condong dengan cara melempar dan menyapu, area spesialisasi BJJ adalah tanah/ground. Kembali ke prinsip-prinsip kontrol Jiu-Jitsu tradisional yang paling dasar, BJJ dibangun di sekitar sistem posisi penyematan yang dominan. Tujuan utama dari Brazilian Jiu-Jitsu adalah untuk menyelesaikan lawan melalui choke atau joint-lock, yang dapat ditelusuri kembali ke hari-hari awal JJJ.

Aspek penting lainnya adalah budaya yang melahirkan seni. Orang Brasil kurang tradisional dan lebih santai daripada orang Jepang. Hal ini tercermin dalam seni di mana pelatihan dan komunikasi jauh lebih formal daripada Judo atau Jiu-Jitsu.

PERBEDAAN BJJ DAN JJJ?

BJJ modern adalah seni bela diri yang jauh lebih berorientasi olahraga. Tidak mengambil apa pun dari keefektifannya, tetapi aspek olahraga telah mengambil sebagian besar aspek seni bela diri. Hari ini, fokus BJJ adalah dalam arah olahraga, dengan poin dan aturan yang memandu pemilihan teknik.

BJJ mengkhususkan diri secara eksklusif dalam aspek pertempuran tanah dari bergulat. Di tanah, ia menawarkan kontrol penuh atas lawan yang tak terlatih, terlepas dari ukurannya.


Sedangkan JJJ masih memiliki banyak elemen tradisional yang sangat dihormati. Ini jauh lebih disiplin. Namun, ia tidak memasukkan banyak disiplin ilmu yang berbeda dari menyerang ke lemparan berlatih dan kunci yang dianggap berbahaya. Lebih cepat dalam hal mengalahkan lawan dan lebih berorientasi pada pertahanan diri. Meskipun demikian, itu tidak efektif melawan lawan yang lebih kuat dan lebih besar dalam situasi nyata.

Untuk menyimpulkannya, BJJ tidak terbantahkan dalam aspek pertempuran darat. JJJ, di sisi lain, menawarkan pengetahuan yang lebih beragam juga mengembangkan disiplin untuk mental.


Mengapa Karate Sulit Untuk Masuk Olimpiade?

Ketua Bagian Hubungan Internasional Pengurus Besar Federasi Olah Raga Karate-Do Indonesia, Iwan Setiawan, mengatakan bahwa sejauh ini, potensi Karate untuk masuk ke dalam Olimpiade cukup potensial. Federasi Karate Dunia (WKF) dan seluruh anggotanya tengah berupaya memenuhi lima syarat untuk memasukkan karate ke dalam agenda Olimpiade 2020.



Lima syarat itu adalah Komersialisasi, exellence, respect, pembinaan, dan fairplay. Iwan menuturkan saat ini upaya-upaya guna memujudkan karate menjadi olah raga yang dipertandingkan di Olimpiade terus mendapat respon positif dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).

sumber:

Dari pernyataan tadi memang karate cukup potensial untuk dimasukkan kedalam olimpiade. tetapi ada beberapa kendala tersendiri dalam memasukkan karate kedalam olimpiade.


kendala yang pertama adalah karena sudah adanya olahraga bela diri lain dari Jepang yang masuk olimpiade, yaitu Judo. Judo sendiri sudah sangat populer di masyarakat. berfokus pada disiplin bantingan, takedown juga beberapa joint lock. beberapa teknik dari Judo sendiri juga sering kali dipakai untuk MMA (Mixed Martial Arts) atau seni bela diri campuran. dan beberapa atlet dari pertandingan MMA kelas atas seperti UFC, Bellator, ONE championship memakai judo sebagai backgroundnya. Contohnya seperti mantan petarung UFC: Ronda Rousey, dll.


Kendala yang kedua adalah karena karate dinilai mirip dengan taekwondo. memang jika dilihat karate dan taekwondo mirip, tetapi sebenarnya itu merupakan dua hal yang berbeda. Karate dan Taekwondo mirip karena Taekwondo dikembangkan menurut Karate dan Seni Bela Diri Tiongkok, sehingga wajar jika dikatakan mirip. Perbedaannya secara singkat adalah taekwondo lebih berfokus kepada serangan dengan menggunakan tendangan dan variasinya, sedangkan karate adalah sistem bela diri yang biasanya berfokus pada pukulan dengan variasi knuckles juga joint lock.


kendala ketiga atau kendala yang paling rumit sebenarnya adalah karena karate memiliki begitu banyak aliran. Cabang olahraga yang akan dimasukkan kedalam olimpiade harus memiliki karakteristik tersendiri, sedangkan karate memiliki karakteristik yang sangat jelas berbeda disetiap aliran. contoh: Karate Shotokan adalah aliran yang paling banyak dan populer di dunia, sedangkan di Eropa, yang populer adalah Goju-Ryu dan jelas berbeda dengan Shotokan. Lalu di Thailand ada Kyokushin yang populer, sementara di Jepang ada Shorin-Ryu, tetapi di Okinawa ada Uechi-Ryu dan ratusan aliran kembangan sensei disana, dll.  Masing-masing aliran memiliki kata, teknik, dan kuda-kudanya tersendiri. Aliran yang banyaklah yang membuat karate sulit dimasukkan kedalam olimpiade.